Perusahaan
Karet
KARET
Tanaman karet berasal dari bahasa
latin yang bernama Hevea braziliensis. Tanaman karet mula-mula ditemukan di
lembah-lembah sungai Amazone (Brazil). Ketika Christophel Columbus menemukan
benua Amerika pada tahun 1476, dia tercengang melihat penduduk setempat (suku
Indian) bermain bola dengan menggunakan suatu bahan yang dapat memantul bila
dijatuhkan ke tanah. Bola tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, rumput,
dan bahan (lateks) yang kemudian dipanaskan diatas api dan dibulatkan menjadi
bola. Jauh sebelum tanaman karet ini populer, penduduk asli diberbagai tempat
seperti Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang
juga menghasilkan getah. Getah ini dihasilkan dari tanaman Castillaelastica
(family moraceae). Tanaman tersebut tidak dimanfaatkan lagi karena kalah tenar
dibandingkan tanaman karet. Di Indonesia sendiri tanaman karet dicoba
dibudidayakan pada tahun 1876 di ditanam pertama kali di Kebun Raya Bogor.
Tanaman karet
dapat tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa bisa
mencapai 15 - 25 meter. Batangnya biasanya tumbuh lurus dan memiliki
percabangan diatas. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak
daun. Panjang tangkai anak daun utama 3 - 20 cm. Panjang tangkai anak daun 3 -
10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Anak daun berbentuk eliptis,
memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat
dalam setiap ruang buah. Jumlah biji biasanya ada 3 - 6 buah sesuai dengan
jumlah ruang. Ukuran biji besar dan memiliki kulit yang keras. Warnanya coklat
kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Tanaman karet adalah tanaman
dengan sifat dikotil sehingga akar tanaman ini merupakan akar tunggang (masih
ingat pelajaran IPA waktu SD kan?). Akar ini mampu menopang batang tanaman yang
tumbuh tinggi dan besar.
Kondisi
Bahan Baku (Kuantitas, Kualitas dan Kontinuitas)
Kondisi
bahan baku industri karet baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitas pasokan
dipengaruhi oleh sumber bahan baku itu sendiri. Pada perkebunan besar hal ini tidak
begitu menjadi masalah. Bahan baku yang berasal dari perkebunan karet rakyat
yang biasanya sangat bervariasi kualitasnya.
Untuk
menjaga kualitas dan kontinuitas bahan baku, maka dilakukan pengawasan pada
tiap penyadap. Dari hasil penyadapan, dapat ditentukan.
- Bobot atau isi lateks : Penyadap menuangkan lateks dari ember-ember pengumpul ke dalam ember-ember takaran melalui sebuah saringan kasar dengan ukuran lubang 2 mm, maksudnya untuk menahan lump yang terjadi karena prakoagulasi.
- Kadar Karet Kering (KKK) : Penentuan kadar karet kering (KKK) sangat penting dalam usaha mencegah terjadinya kecurangan para penyadap.
Lateks
sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, sebagai berikut.
- Faktor dari kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain).
- Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau keadaan lateks tidak stabil).
- Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).
- Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).
- Kualitas air dalam pengolahan.
- Bahan-bahan kimia yang digunakan.
- Komposisi lateks.
· Teknik Produksi
Ø Fabrikasi / Pengubahan
Pabrik karet mengolah,
mengubah, mendesain, mengembangkan beberapa macam produk cetakan dan juga
kompan karet untuk industri karet apapun industri lainnya. Bahan yang dipakai
dalam pengolahan karet berasal dari karet alam maupun karet sintetis termasuk
custom fluorocarbon (viton) untuk aplikasi khusus. Dengan pengalaman yang
cukup, produk karet yang dihasilkan oleh, dapat disesuaikan dengan berbagai
macam kebutuhan karet industri, mesin industri ataupun aplikasi karet dibidang
lain sesuai dengan permintaan pelanggan termasuk diantaranya semua barang
karet, kompon karet, aplikasi karet untuk kaca, karet fender, karet lining,
mangkuk karet, selang silicon food grade, karet ring,dll.
Dengan melihat prospek karet dan berbagai
macam kebutuhan akan karet yang luas diberbagai bidang industry, maka pabrik
pengolahan karet berusaha memproduksi dan menjual berbagai jenis kebutuhan
karet. Hal ini memberikan solusi yang tepat pada berbagai bidang yang terkait
antara lain pabrik alat mekanikal/elektronik, makanan dan farmasi, hidrolik dan
pneumatic, sanitasi pengaturan panas dan udara, semi konduktor, konstruksi,
souvenir seperti gelang silicon untuk keperluan produksi,dll.
· Proses Produksi
Ø Continous Production (selalu berproduksi)
Estimasi Produksi
Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain klon karet yang digunakan, kesesuaian lahan dan agroklimatologi, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, sistem dan manajemen sadap, dan lainnya. Dengan asumsi bahwa pengelolaan kebun plasma dapat memenuhi seluruh kriteria yang dengan dikemukakan dalam kultur tehnis karet diatas, maka estimasi produksi dapat dilakukan dengan mengacu pada standar produksi yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan setempat.
Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain klon karet yang digunakan, kesesuaian lahan dan agroklimatologi, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, sistem dan manajemen sadap, dan lainnya. Dengan asumsi bahwa pengelolaan kebun plasma dapat memenuhi seluruh kriteria yang dengan dikemukakan dalam kultur tehnis karet diatas, maka estimasi produksi dapat dilakukan dengan mengacu pada standar produksi yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan setempat.
Fantastis
dan spektakuler! Inovasi yang dilakukan UBS Bengkulu di kebun Padangpelawi
menuai hasil yang mengagumkan. Inilah kali pertama dalam sejarah, tanaman karet
usia 3 tahun 3 bulan sudah matang sadap. Si “Bongsor” seluas 40 hektare itu
diharapkan mampu meneteskan getahnya rata-rata di atas 2.000 kg per hektare per
tahun.
Dunia
perkebunan karet memasuki babak baru. Jika selama ini rata-rata tanaman karet
baru matang sadap (lilit batang lebih 45 cm dengan ketebalan kulit lebih 7,7
cm) rata-rata di atas usia lima tahun, PTPN VII Unit Bisnis Strategis (UBS)
Bengkulu berhasil meraih rekor baru. Karet yang ditanam pada Januari 2004, pada
April 2007 sudah memenuhi syarat untuk disadap.
Acara buka sadap pertama di Afdeling II Unit Usaha Padangpelawi tersebut dihadiri langsung Direktur Utama PTPN VII Andi Punoko, didampingi Direktur Produksi Erwin Nasution dan Direktur Pemasaran dan Rencana Pengembangan Gatot Bintoro, Komisaris Utama Subagyono bersama anggota Dewan Komisaris, para Manajer Bagian Kandir, dan seluruh manajer unit usaha di Bengkulu.
Buka sadap diawali dengan pemotongan tumpeng oleh Komisaris Utama Subagyono, kemudian diserahkan kepada Dirut Andi Punoko, dan selanjutnya diserahkan kepada Sunardi sebagai penyadap. Berikutnya Pak Dirut dan Pak Komisaris Utama memulai sadap pertama, dilanjutkan petugas penyadap.
Dalam laporannya, Manajer Distrik UBS Bengkulu Sugono Waryanto menjelaskan lahan 40 hektare yang kini menjadi kebun karet siap sadap tersebut mulanya berupa semak belukar. Lahan milik PTPN VII itu pun sebagian besar diokupasi masyarakat. Dalam budidaya, Kuncinya pada akar dan daun. Karena itu, diterapkanlah sistem kecrok pada pemupukan dan model sanggul untuk merangsang percabangan. Kombinasi perbaikan pada akar dan daun menjadikan pertumbuhan sempurna sehingga tanaman pun bongsor.
Adanya biaya yang dikeluarkan untuk budidaya tersebut, hingga Maret 2007 Waktu itu produksi kebun rata-rata tak sampai 500 kg per ha per tahun. Karena itu, jika selama lima tahun terakhir (2001—2006) pertumbuhan rata-rata (baik aset, produksi, maupun lainnya) bisa mencapai 15%, lima tahun ke depan harus mampu tumbuh di atas 20%. “Kalau lima tahun ini dengan kerja biasa-biasa saja sudah bisa tumbuh 15%, dengan perubahan mendasar di berbagai bidang kita yakin bisa tumbuh 20%. Dengan pertumbuhan 20%, size kita bisa dua kali lipat lebih besar. Produktivitas karet Indonesia rata-rata hanya 800 kg per ha per tahun (PTPN 1.400 kg), sementara Thaliand rata-rata 2.000 kg per ha dan Vietnam bisa mencapai 3.000 kg per ha. Jadi, tantangan kita pada usaha meningkatkan produktivitas. Sementara harga karet diperkirakan akan tetap stabil, apalagi kini permintaan ke Cina terus meningkat.
Acara buka sadap pertama di Afdeling II Unit Usaha Padangpelawi tersebut dihadiri langsung Direktur Utama PTPN VII Andi Punoko, didampingi Direktur Produksi Erwin Nasution dan Direktur Pemasaran dan Rencana Pengembangan Gatot Bintoro, Komisaris Utama Subagyono bersama anggota Dewan Komisaris, para Manajer Bagian Kandir, dan seluruh manajer unit usaha di Bengkulu.
Buka sadap diawali dengan pemotongan tumpeng oleh Komisaris Utama Subagyono, kemudian diserahkan kepada Dirut Andi Punoko, dan selanjutnya diserahkan kepada Sunardi sebagai penyadap. Berikutnya Pak Dirut dan Pak Komisaris Utama memulai sadap pertama, dilanjutkan petugas penyadap.
Dalam laporannya, Manajer Distrik UBS Bengkulu Sugono Waryanto menjelaskan lahan 40 hektare yang kini menjadi kebun karet siap sadap tersebut mulanya berupa semak belukar. Lahan milik PTPN VII itu pun sebagian besar diokupasi masyarakat. Dalam budidaya, Kuncinya pada akar dan daun. Karena itu, diterapkanlah sistem kecrok pada pemupukan dan model sanggul untuk merangsang percabangan. Kombinasi perbaikan pada akar dan daun menjadikan pertumbuhan sempurna sehingga tanaman pun bongsor.
Adanya biaya yang dikeluarkan untuk budidaya tersebut, hingga Maret 2007 Waktu itu produksi kebun rata-rata tak sampai 500 kg per ha per tahun. Karena itu, jika selama lima tahun terakhir (2001—2006) pertumbuhan rata-rata (baik aset, produksi, maupun lainnya) bisa mencapai 15%, lima tahun ke depan harus mampu tumbuh di atas 20%. “Kalau lima tahun ini dengan kerja biasa-biasa saja sudah bisa tumbuh 15%, dengan perubahan mendasar di berbagai bidang kita yakin bisa tumbuh 20%. Dengan pertumbuhan 20%, size kita bisa dua kali lipat lebih besar. Produktivitas karet Indonesia rata-rata hanya 800 kg per ha per tahun (PTPN 1.400 kg), sementara Thaliand rata-rata 2.000 kg per ha dan Vietnam bisa mencapai 3.000 kg per ha. Jadi, tantangan kita pada usaha meningkatkan produktivitas. Sementara harga karet diperkirakan akan tetap stabil, apalagi kini permintaan ke Cina terus meningkat.
Banyaknya
permintaan terhadap karet, membuat prabik karet terus berproduksi untuk terus
mengolah bahan-bahan yang diperlukan oleh masyarakat lainnya. Oleh sebab itu
perusahaan karet selalu berproduksi. Dan banyak petani karet yang rutin untuk
mengambil getah karet untuk diproduksi. Banyaknya barang yang dibutuhkan oleh
masyarakat membuat kebutuhan karet terus meningkat, sehingga karet dapat
dijadikan usaha yang baik karena sangat menguntungkan produsen, pabrik meupun
perusahaan karet. Banyaknya usaha-usaha yang membutuhkan karet. Misalnya dalam
usaha bengkel, industry rumah tangga, pasar, dan beberapa toko yang ada. Permintaan
akan kebutuhan karet akan semakin meningkat dan semakin banyak produkvitas
karet di Indonesia. Karet merupakan bahan mentah yang dapat dijadikan bahan
jadi yang berbagai rupa. Maka dari itu kebutuhannya meningkat dan banyaknya
produksi karet di Indonesia dan memberikan keuntungan yang menjamin untuk
negaranya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar